Mitsaqon Ghalidza (Perjanjian Agung)

Kalimat Mitsaqon Ghalidza (Perjanjian Agung) hanya disebutkan sebanyak tiga kali dalam Alquran, untuk menggambarkan peristiwa yang berkaitan dengan hal yang besar. Ketiga ayat itu adalah 

1. Menggambarkan tentang Perjanjian Allah SWT yang diwakilkan saat Ijab Qabul Pernikahan, dari Wali Nikah Perempuan kepada Mempelai Pria. 

"Dan bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal kamu telah bergaul satu sama lain (sebagai suami-istri). Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) dari kamu" (Qs. 4.21)

2. Menggambarkan perjanjian Allah SWT dengan Bani Israil. 

"Dan Kami perintahkan kepada mereka, “Masukilah pintu gerbang (Baitul maqdis) itu sambil bersujud,” dan Kami perintahkan (pula) kepada mereka, “Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabat.” Dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kukuh" (Qs. 4:154)

3. Menggambarkan perjanjian Alloh SWT dengan Nabi Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa.

"Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari para nabi dan dari engkau (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh" (Qs. 33:7)

--

Menyaksikan prosesi ijab qabul sekaligus mendengarkan taushiyah pernikahan dalam banyak moment, senantiasa tidak jauh dari bahasan ini. Bahwa pernikahan adalah ibadah sepanjang hayat, yang didalamnya penuh dengan keberkahan dan pahala apabila dijalani dengan niat karena Allah SWT. Sebuah peristiwa diangkatnya perjanjian yang kokoh -Mutsaqon Ghaliza-. 

Pernikahan adalah sebuah perjanjian agung. Kalimat sesederhana "saya terima nikahnya bla bla bla dengan mahar bla bla bla" merubah sebuah hubungan yang tadinya haram menjadi halal, yang dimana pada saat itu juga memindahkan hak perwalian termasuk konsekuensi menanggung dosa dari si perempuan yang sebelumnya berada di pundak sang ayah, kepada si laki-laki. 

Pernikahan adalah sebuah perjanjian agung. Jika tidak, takkan mungkin Allah Subhanahu wata'ala menyebutkan kalimat yang sama untuk pernikahan dengan kalimat yang digunakanNya untuk mengambil janji dari para nabi ataupun bani israil. 

Pernikahan adalah sebuah perjanjian agung. Karena Ibadah menikah berbeda dengan ibadah lain yang temporer, ada masanya, terlihat ujungnya. Sebagai contoh, solat. Dimulai sejak takbir hingga salam. Puasa, dimulai sejak terbit fajar hingga tenggelam matahari. Haji, sejak ihram hingga tahalul. Zakat, dimulai saat jumlah dan waktu terpenuhi. Bahkan syahadat, dimulai sejak asyhadu hingga muhammad ar rasulullah. Sedangkan, pernikahan adalah ibadah yang dimulai sejak ijab qabul diikrarkan hingga ajal menjemput (insyaAlloh).

Oleh karena itulah mengapa ketika kalimat perjanjian diucap, doa yang disunnahkan untuk disampaikan kepada kedua mempelai adalah agar keduanya mendapatkan keberkahan pada pernikahan keduanya, keberkahan atas apa yang akan terjadi kemudian pada pernikahan keduanya serta dikumpulkan dalam hal-hal yang baik. Selalu pula diingatkan bahwa dalam pernikahan akan ada ujian yang menyertai. Bahwa 'happily ever after' hanya akan ditemui dalam kisah dongeng Cinderella, Rapunzel and Sleeping Beauty. Karena ujian dalam ibadah nikah adalah sebuah keniscayaan. 

Selamat belajar!

Bantul, 16072022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Abah

Catatan Diri!

Pintu masuknya syaithon golongan jin pada manusia