Postingan

KESIAPAN

Setiap peristiwa yang telah terjadi dalam kehidupan kita tentu didatangkan Allah SWT untuk menjadi ujian dan hikmah atas apa yang kita tanggapi pada kejadiannya. Dari berbagai macam peristiwa, aku sampai pada perenungan bahwa tidak semua orang yang usianya banyak beriringan dengan kemampuan untuk menjadi dewasa.  Mungkin sebagaimana status kesehatan yang menurut teori H.L Bloom, terjadi diperngaruhi oleh lingkungan, perilaku, genetika dan pelayanan kesehatan maka bisa jadi status kedewasaan secara holistik juga didasarkan kepada setidaknya keempat hal diatas (pelayanan kesehatan dinegasikan dengan bagaimana ketersediaan pola asuh orang tua, interaksi dengan lingkungan dan bagaimana seorang individu disiapkan untuk menjadi dewasa).  Selain itu, status kedewasaan seseorang dalam satu kondisi bisa jadi berbeda dengan kebutuhan kedewasaan dalam hal lainnya. Misalkan saja dalam proses pembelajaran dan menerima informasi. Bisa jadi seseorang sudah cukup matang dan memahami bagaimana cara dia

Pusat Bumi

Menurutku waktu adalah hal yang menarik untuk direnungkan, bukan hanya karena ia tak bisa kembali namun juga keberadaanya menjadikan salah satu petunjuk kebesaran Allah SWT, bahwa setiap pergantian hari begitu berharga.  Saat ini dunia mengenal waktu dalam perhitungan yang ditetapkan oleh dunia Eropa. Dimana mereka meletakkan awalan waktu pada jam 00.00 yang terjadi sekitar pertengahan malam hari. Ini sebenarnya cukup aneh menurutku, karena bagaimana mungkin menetapkan waktu tanpa ada penanda sedikitpun yang membedakan terang dan gelap sebagai patokan. Juga ditetapkan lokasi yang menjadi patokan perhitungan waktu adalah suatu kota bernama Greenwich di London, Inggris. Penetapan waktu standar internasional dilakukan pada tahun 1884 M, sebelum terjadinya perang dunia pertama (https://kumparan.com/kumparannews/asal-usul-penetapan-standar-waktu-dunia-di-greenwich/full). But well , itulah yang selama ini kita pakai. Sementara itu, jauh sebelum penetapan waktu internasional, Allah telah memb

2024

Memasuki tahun 2024, banyak orang lain membuat daftar resolusi untuk menjadi ini dan itu. Menyusun target kehidupan. Tentu saja, akupun demikian. Ada beberapa daftar mimpi yang belum terwujud dan semoga menjadi yang diijabah oleh Allah.  Diluar itu semua, banyak hal yang harus aku syukuri pada tahun yang telah berlalu. Siapa yang sangka, mimpiku untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 bisa terwujud dan selesai di tahun kemarin dengan hasil yang alhamdulillah. Meskipun hanya gelar keduniawi-an, dan tanggung jawab besar mengikuti setelahnya, aku tetap patut bersyukur karena Allah karuniakan rezeki untuk bisa mendapatkan ilmu di masa yang sekarang ini.  Selain ilmu, pelajaran selama hijrah dua tahun kemarin di Kota Jogja juga memberikan berbagai rasa dan pengalaman. Allah rezekikan untuk bertemu orang-orang hebat yang tentu aku bisa bertemu dan berinteraksi dengan mereka. Bahkan dengan bahasa yang cukup baru juga menjadi hikmah buatku. Tak salah kiranya nasihat para orang berilmu,

Tawakkal

The hardest part of being distance is the distance itself.  Ketika berjarak, dan ada ujian disitulah ujian tawakkal mulai nampak. Tidak disaat lapang, ketika semua kondisi baik-baik saja. sehat-sehat saja. Tetapi ketika mengetahui orang yang dicintai sedang tidak dalam kondisi terbaiknya. tidak ada yang bisa dilakukan selain berdoa, meminta kepada yang Maha Penyembuh agar kesehatan diberikan padanya. Menyerahkan sepenuh hati bahwa tiada daya upaya selain hanya berpasrah kepada Ia, Sang Maha Pemilik Kesehatan.  Duhai Rabb, Tuhannya Manusia, disini aku meminta, agar Kau memberikan harapan kepada hati yang hanya Engkau penggenggamnya, Berikan Ia kesembuhan, kesehatan yang tiada sakit lagi setelahnya. Berikan ia kesehatan, kebahagiaan dihari tuanya. karena dia adalah satu-satunya lagi yang tersisa, agar bisa kutunjukkan bakti di dunia.  Duhai Rabb, Kau Yang Maha Kuasa. Aku tau belum banyak yang kulakukan untuk membuktikan bahwa aku mencoba untuk menjadi amal sholehnya. Aku tahu banyak kesa

SELESAI

Setelah enam kali purnama, kembali mencoba menuliskan apa yang ada di otakku ini. Ya, memang menulis disini adalah saranaku untuk bisa menuangkan apa yang kadang terlintas atau memang benar-benar kupikirkan.  Saat aku menulis ini, aku sudah berada kembali ke kotaku berasal, Samarinda. Kota dimana aku dilahirkan dibesarkan, kuliah hingga menjemput rezeki. Setelah kurang lebih dua tahun enam hari lamanya menjadi warga Yogyakarta untuk menyelesaikan studi, akhirnya aku kembali.  Satu mimpi selesai, Rin. Kini waktunya memberi bukti tanggung jawab ilmu yang sudah dipelajari kepada negeri dan masyarakat sebagaimana kau citakan sebelum pergi. Ingat Rin! kamu pergi dengan uang negara, ilmu yang kau caripun atas rekomendasi negara karena bidangmu ini tak banyak peminatnya. Inilah citamu untuk bisa memberikan kontribusi.  Tapi, ingat Rin masih banyak mimpimu yang lain, yang belum bisa kau capai sejauh ini. ada pula kewajiban yang hingga saat ini belum bisa kau lakukan. Bukan karena dirimu merasa

Abah

Terkadang aku lupa, rasanya punya Ayah. Tapi, tentu ada hikmah dibalik ketiadaan beliau saat aku SMP. Sekalinya perjalanan yang kuingat. Sekali dan terakhir kalinya. Aku hanya berjalan berdua bersamanya ke toko buku. Sungguh canggung, karena kami tak seakrab itu, tapi juga tak sejauh ini.  Ketika kurasa aku lupa, kuingat lagi sosoknya, mencoba mengumpulkan serak-serak ingatan ketika dulu sekali pernah diantar sekolah, atau bermain diletakkan diatas fosil kura-kura. Selebihnya, yang paling kuingat adalah kebiasaan beliau ketika makan, ada gerakan khas yang tidak orang lain punya.  Disaat aku ingat, setiap kalinya kumelihat ada akhwat lain yang bertemu dengan papanya, ada ikhwan lain yang berbicara tentang ayahnya. Ada teman yang membagi status tentang bapaknya. Lalu aku bisa bercerita tentang apa. Yang kupahami, dulu beliau adalah sosok pekerja keras untuk menghidupi kami, istri dan keenam anaknya. Beliau juga adalah sosok yang sangat ringan tangan untuk menolong orang lain, meski gajin

Linear dan Eksponensial

Setiap manusia pasti akan memiliki masalah. Masalah adalah sebuah keniscayaan yang menunjukkan bahwa seseorang masih hidup, masih memiliki emosi, masih memiliki kehidupan.  Meskipun saat ini terasa banyak masalah yang dihadapi, berat ringannya tergantung bagaimana setiap insan menyikapi. Perbaikan diri harus tetap diusahakan, kesabaran harus terus diikhtiarkan dan usaha tetap harus dilakukan.  Dalam setiap waktu yang tidak pernah kembali, perubahan-perubahan kecil maupun besar sangat mungkin terjadi. Mata setiap manusia berbeda dalam menyikapi ekspektasinya.  Dalam mengupayakan terbaik dalam kehidupan baik sebagai individu, keluarga inti, keluarga besar, lingkungan sekolah, kampus, dan kerja tentu akan selalu ada hambatan tapi cara menyikapinya tergantung tiap pribadi.  Masalah-masalah seorang pribadi merupakan permasalahan linear. Karena setiap individu melakukan ikhtiar dengan satu isi kepala saja. Segala yang dihadapi ya akan dicarikan solusi dengan bagaimana dia berfikir dan merasa