KESIAPAN

Setiap peristiwa yang telah terjadi dalam kehidupan kita tentu didatangkan Allah SWT untuk menjadi ujian dan hikmah atas apa yang kita tanggapi pada kejadiannya. Dari berbagai macam peristiwa, aku sampai pada perenungan bahwa tidak semua orang yang usianya banyak beriringan dengan kemampuan untuk menjadi dewasa. 

Mungkin sebagaimana status kesehatan yang menurut teori H.L Bloom, terjadi diperngaruhi oleh lingkungan, perilaku, genetika dan pelayanan kesehatan maka bisa jadi status kedewasaan secara holistik juga didasarkan kepada setidaknya keempat hal diatas (pelayanan kesehatan dinegasikan dengan bagaimana ketersediaan pola asuh orang tua, interaksi dengan lingkungan dan bagaimana seorang individu disiapkan untuk menjadi dewasa). 

Selain itu, status kedewasaan seseorang dalam satu kondisi bisa jadi berbeda dengan kebutuhan kedewasaan dalam hal lainnya. Misalkan saja dalam proses pembelajaran dan menerima informasi. Bisa jadi seseorang sudah cukup matang dan memahami bagaimana cara dia belajar dan meneruskan informasi, namun dalam hal merespon lingkungan belum tentu individu yang sama memiliki kesiapan yang serupa. 

Tersedia beberapa tes psikologi yang cukup menarik menurutku dapan menjadi panduan untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang. Tentu saja keakuratan hasilnya ditentukan oleh sejauh mana kejujuran individu dalam mengisi kuesioner yang dilakukan untuk menganalisis. Namun, dengan ini, sesorang dapat mengidentifikasi sebaiknya hal apa yang harus dimaksimalkan dan di reduksi. 

Terkhusus dalam menjadi dewasa adalah berproses menuju momentum-momentum yang akan merubah status hidup seseorang. Ternyata tak semua orang siap menghadapi perubahan yang akan terjadi. Kesiapan dalam menerima lingkungan yang baru sekaligus menerima perbedaan-perbedaan yang akan muncul dari perubahan tadi rupanya juga menjadi bagian dari proses pendewasaan yang perubahannya tidak ada di bangku sekolah manapun, hanya dapat dilakukan dengan metode "learning by doing". 

Salah satu hal yang mempengaruhi bagaimana pikiran seseorang dapat mengendalikan keputusan tindakan adalah berprasangka terhadap apa yang akan terjadi di masa depan. Padahal masa depan jelas ghaibnya. Bukan berarti tidak mengapresiasi perencanaan atau kemungkinan, namun aku menyadari bahwa setiap keputusan selalu ada konsekuensi dibaliknya. Selain itu, yang kupahami ketika meyakini bahwa setiap upaya akan membuahkan hasil meski tidak tahu bentuk hasilnya sepserti apa, tapi meyakini ketetapan yang akan terjadi kemudian juga penting dibandingkan hanya mengira-ngira lalu khawatir menuju momentum kehidupan berikutnya. 

Lalu, aku sampai pada pertanyaan tentang episode hidup yang belum ada saja kadang aku khawatir begitu rupa, lalu membuat berbagai rencana. Tapi, aku sering lupa akan episode yang pasti akan ada meski tak tahu kapan waktunya. Sudah menyiapkan apa untuk menjawab berbagai pertanyaan di pengadilan yang paling pasti setelah jasad tidak bernyawa di dunia dan seluruh anggota tubuh mampu bersaksi akan apa yang sudah dikerja di waktu sibuk maupun senggangku.

(Sedang menulis lagi, setelah beberapa peristiwa yang berlalu)

Samarinda, 11 Ramadhan 1445H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Abah

Catatan Diri!

Pintu masuknya syaithon golongan jin pada manusia