22 Desember

Masyarakat Indonesia memperingati hari ini sebagai hari ibu. Hari apresiasi bagi seluruh ibu yang telah berjuang untuk anak-anaknya. Hari dimana semua ibu, baik ibu rumah tangga, ibu bekerja, ibu asuh, dan segala jenisnya mendapatkan banyak diskon (haha). 

seingatku, baru beberapa tahun terakhir, hari ini menjadi kembali kami "peringati" dengan memberikan sedikit kenangan tiap tahunnya untuk ibunda tercinta. Entah dengan kado, makan bersama atau agenda kumpul keluarga lainnya. Kenapa kami? ya... mungkin ini hanya berlaku di keluarga kami. Sebelumnya, hari ini kami isi dengan pengajian kah, tadarus kah, atau sekedar meniatkan dalam hati masing-masing amalan untuk orang yang kami kasihi.

Saat tulisan ini kubuat di tahun 2021, tepat 18 tahun lalu, kami merasakan kehilangan yang cukup berat. Abah kami pergi selama-lamanya, menemui rabb-Nya. Di hari ini, bertahun lalu, kami menitikkan air mata, alih-alih tersenyum. Mengiringi guguran tanah menyelimuti tubuh orang yang diamanahkan Alloh menjadi Abah kami. Di hari ini, perjuangan Abah melawan sakit ginjalnya selesai. Di hari ini, ibuku menjadi orang yang harus kuat, tepat dua pekan sebelum jadwal keberangkatannya ke kota nan suci. 

Di hari ini, delapan belas tahun yang lalu, seorang anak yang baru menginjak kelas tiga SMP kehilangan sosok pahlawan, cinta pertamanya, dan bertekad bahwa ia tidak akan menjadi beban untuk ibunya yang kini sendiri. Di hari ini, si anak kelas tiga sekolah menengah kehilangan orang yang mengajarinya cara menggunakan komputer DOS dan hanya bisa digunakan di kantor beliau, karna kami tidak punya komputer di rumah. Di hari ini, si anak kehilangan orang yang menemaninya ke toko buku. 

Di hari ini pula, si anak bertekad untuk tidak membebani Abahnya dengan siksaan di kubur beliau karena belum menutup aurat, meski baru terwujud ketika masuk SMA pada 6 bulan berikutnya. yaa... kok lama? bukan. Bukan karena menunda-nunda. Tetapi karena si anak mempertimbangkan jika ia berhijab saat itu juga maka akan banyak biaya tambahan yang harus dikeluarkan. Membeli seragam baru yang tentunya lebih mahal karena baju-baju panjang sekolah tentunya perlu lebih banyak kain, belum lagi hijabnya sendiri, sementara si anak sadar bahwa ibunya hanyalah ibu rumah tangga. Jadi, membeli seragam baru saat mauk SMA dengan mode hijab tentu lebih efisien adanya. Sesimpel itu fikirannya.

Di hari ini, si anak berfikir bagaimana cara agar ia bisa tetap sekolah dan kuliah tanpa perlu memberikan beban finansial lebih untuk ibunya. Di hari ini, ia merubah rencana cita-citanya agar lebih affordable, nyaman di kantong tapi tetap bermanfaat untuk banyak manusia. Hari ini adalah titik balik hidup dan logikanya si anak tiga SMP. 

Dan hari ini di tahun ini, si anak tiga SMP sudah bekerja untuk negeri dan sedang berikhtiar dengan mimpinya lagi. Mewujudkan salah-satu dari daftar citanya untuk bisa menebar manfaat lebih untuk orang lain. Menjejak bumi kota pelajar untuk belajar. Meski berat untuk tidak membersamai sementara waktu sang Ibunda yang berada di kota asal, semoga ikhtiar ini adalah jalan untuk menguatkan diri dan lebih banyak belajar lagi. insyaAlloh berkah, lillah. 


Selamat Hari Ibu untuk seluruh Ibu dna Calon Ibu!


catatan 09.02 WIB, kota Pelajar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Abah

Catatan Diri!

Pintu masuknya syaithon golongan jin pada manusia