Sederhana
Saya kurang sepaham dengan pendapat orang tua yang mengatakan “cukup saya yang hidup susah, saya tidak ingin anak saya juga mengalami hal yang sama”
Hal ini biasanya terimplementasi dengan terfasilitasinya semua keinginan anak yang menyebabkan dihasilkannya generasi strawberry. Btw, generasi ini bukan hanya terjadi pada saat kita mengenal penggolongan generasi baby boomeres, milenial/Y, Z dan Alpha. Hanya saja penggunaan istilahnya baru dicetuskan saat ini. Sedangkan contoh nyatanya sudah ada sejak dahulu kala.
Menurut saya, dari sisi orang tua meskipun mampu dan berkecukupan, memberikan nilai-nilai kesederhanaan dan tidak berlebih-lebihan dalam segala sesuatu adalah hal yang wajib untuk diinternalisasi pada diri anak. Membiasakan berikhtiar untuk mendapatkan yang diinginkan sembari mengajarkan meminta pada yang Maha Punya dan tentunya tidak membiasakan memberikan semua yang diinginkan melainkan hanya yang memang diperlukan.
Mengajak anak berdiskusi dan menimbang apa yang mereka perlukan alih-alih apa yang diinginkan akan memancing anak untuk bisa berfikir kritis termasuk cara mengambil keputusan di masa mendatang.
Saya menuliskan ini bukan berarti saya lahir dari sebuah previlage bernama kecukupan harta. Tentu tidak. Bahkan jauh dari itu. Saya sempat merasakan bagaimana asyiknya makan satu telur di dadar dan dibagi untuk delapan orang sekaligus. Saya juga merasakan bagaimana ketika kenaikan kelas atau perpindahan jenjang pendidikan satu ke jenjang lainnya, menyunggingkan senyum sumringah mematut-matut diri di kaca menggunakan seragam 'turunan' dari kakak, sementara kawan-kawan saya yang lain menggunakan seragam lengkap baru tidak hanya dari seragam namun juga lengkap hingga tas, topi, dasi dan kaus kaki.
Di sisi lain, dari sisi anak ketika menginjak masa remaja atau saat ini telah dewasa, kita tidak sepatutnya untuk menyalahkan pola pengasuhan yang telah kita dapatkan dari orang tua. Selain karena bukan porsi anak untuk menghakimi apa yang telah terjadi, namun dibalik begitu banyak kurangnya parenting orang tua yang kita rasakan dulu, tentunya sebuah kesyukuran ketika saat ini kita masih bisa merasakan begitu banyak nikmat bersama beliau berdua.
Sebagai orang yang sudah mampu memproses informasi (dan tentu saja mau memperbaiki diri), tentu kita menyadari mungkin tidak semua nilai yang diajarkan akan kita teruskan kepada keturunan berikutnya kan? disinilah saatnya kita terus belajar memperbaiki dan mengevaluasi, hal mana yang dapat menjadi bagian nilai dari diri dan mampu menjadikan kita untuk tidak menjadi bagian orang-orang lemah yang menerima keadaan begitu saja.
lintasan pikiran pagi ini, yang khawatirnya akan terlewat begitu saja jika tidak dituliskan
Samairnda, November 2024
Komentar
Posting Komentar