Tiga Pertanyaan Mendasar Manusia

aku siapa?

aku dari mana?

aku mau kemana?

Aku ingat sekali, ketika pertanyaan ini muncul pertama kali di kepalaku. Ketika itu aku berada di kelas dua sekolah menengah pertama. Di masa ketika ekstrakulikuler renang menjadi sebuah hobi bahkan kebiasaan. Aku bisa latihan renang dari pagi hingga menjelang senja. Menaiki angkutan kota (angkot) atau mungkin yang orang-orang sering disini menyebutnya 'taksi'. 

Entah mengapa, ketika itu aku mulai bertanya pada diri sendiri, mengapa aku tidak menjadi ikan saja yang bisa berenang bebas diperairan. Atau ketika sedang dalam konflik dengan ibu karena tak sependapat dengan apa yang beliau sampaikan, aku juga bertanya kenapa aku dilahirkan dari orang tua yang ini, dan bahkan berfikir kenapa aku tidak menjadi pensil atau penggaris kayu semeter yang ada di sekolah saja. 

Pertanyaan lucu yang anehnya sering berputar-putar dikepalaku ketika itu. Beruntungnya, meskipun bukan terlahir dari keluarga yang sangat taat mempraktikkan agama dan berada alih-alih berkecukupan aku bersyukur karena ternyata Allah jaga dan berikan lingkungan yang mampu menuntunku mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tadi. 

Mungkin tidak banyak dari kita yang mengetahui disekitar tahun 2000 selain film Petualangan Sherina dari Indonesia juga ada film Syukur21 dari Negeri Jiran, Malaysia. Sungguh sebuah pengalaman berharga dan membuatku bersyukur ternyata Allah memberikanku skenario untuk menyaksikan film dengan pesan sangat baik ini.

Salah satu adegan yang sangat membekas diingatanku hingga kini, adalah ketika dalam sebuah bagian pemerannya melafalkan ayat yang seingatku baru kali itu aku mendengarnya...

الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ

رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka (QS Al Imran:191)

Ayat ini juga yang mengantarkanku untuk mencari tahu jawaban lain dari siapa diriku, kenapa aku ada dan kemana akhirku... 

Bahwa ternyata tidak ada yang sia-sia dalam setiap apa yang tercipta di bumi dan langit. 

Bahwa ternyata tidak ada yang sia-sia dari perjumpaan diri dengan seseorang yang lain. 

Bahwa pilihan jawaban hidup yang akan kita pilihpun sudah Allah tahu dan tertetap. 

Bahwa setiap episode senang, sedih, marah, kecewa, tertatih, gelisah, merasa faqir semua dalam kendali Allah

Bahwa, bahkan jatuhnya selembar daun dari rantingnya telah tercatat di lauhul mahfudz. 

Tentang seberapa lama kita akan berada di atas dunia untuk menghabiskan jatah rezeki yang Allah tetalh tetapkan, itu sungguh menjadi sebuah rahasia yang hanya Allah saja pemilik ilmu. Sedangkan, dengan apa dan bagaimana cara kita menikmati rezeki, menjalani proses untuk bersabar dan bersyukur atasnya, maka pilihannya berada di tangan kita. Pun menjadi wasilah untuk menjadi pertanggung jawaban atas apa saja yang telah dilaku selama menjadi manusia. Sudahkan menjalankan fungsinya sesuai dengan peruntukkan yang telah Ia tetapkan? atau malah memilih menjadi pengkhianat perusuh bumi. 

Hingga hari inipun aku terus belajar dan berupaya menyadari, ternyata potensi untuk menjadi keji sangat mungkin terjadi. 

Sungguh malu rasanya, ketika sangat banyak orang berupaya memperbaiki diri, tapi diri ini hanya menjadi penonton sejati dan belum mampu perbaiki hati. 

Semoga Allah senantiasa tetapkan qolbi, untuk selalu nyaman membersamai orang-orang sholih lagi rendah hati, penjual minyak wangi. 


Ahad, 5 Dzulqaidah 1445H/13 Mei 2024





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Just a note

SELESAI

22 Desember